Bagikan

Benarkah Anak Gemuk Sudah Pasti Sehat?

Diupload pada 31 December 2019, 04:49 PM Smart Parenting
Benarkah Anak Gemuk Sudah Pasti Sehat?

Banyak ibu yang senang jika anaknya bertubuh gemuk, dan barangkali Smart Mom adalah salah satunya. Padahal, anak gemuk tidak selamanya berarti sehat, lho!

Walaupun orang-orang beranggapan anak gemuk itu lucu dan menggemaskan, dan mungkin Smart Mom berpikir bahwa Smart Mom sudah sukses memberi gizi dan mendukung pertumbuhan, anak bertubuh gemuk sebenarnya menghadapi berbagai risiko kesehatan. Waduh, apa saja, ya?

Risiko Kesehatan pada Anak Gemuk

Berbagai risiko kesehatan yang dihadapi oleh anak gemuk bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, Smart Mom. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Diabetes tipe 2

Anak gemuk, apalagi yang sampai mengalami obesitas, punya risiko lebih tinggi gangguan toleransi glukosa. Dengan begitu, anak gemuk tersebut punya risiko menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan untuk National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2005-2006, anak-anak yang kelebihan berat badan punya tingkat pre-diabetes 2,6 kali lebih tinggi daripada anak-anak dengan berat badan normal.

Selain itu, ada penelitian dari National Longitudinal Study of Adolescent Health yang menunjukkan risiko diabetes yang lebih tinggi pada orang dewasa jika saat remaja ia sudah mengalami obesitas, dibandingkan dengan orang dewasa yang baru saja mengalami obesitas.

  1. Asma

Smart Mom, anak gemuk biasanya mengalami masalah kesulitan bernapas alias asma, lho. Hal ini juga sudah dibuktikan dalam penelitian yang menunjukkan bahwa anak dengan berat badan berlebih punya risiko asma 40 sampai 50 persen lebih tinggi dibandingkan anak dengan berat badan normal.

  1. Obstructive sleep apnea

Penyakit ini berkaitan dengan masalah pernapasan yang terjadi saat tidur, yang bahkan terkadang napas bergenti secara mendadak selama beberapa detik ketika tidur. Nah, ada penelitian yang mengaitkan penyakit ini dengan obesitas lho Smart Mom! Dalam penelitian tersebut, dibuktikan bahwa prevalensi sleep apnea pada anak dan remaja yang mengalami obesitas bisa menapai 60 persen. Penelitian lain di Taiwan juga membuktikan bahwa risiko masalah kesehatan ini lebih tinggi terjadi pada anak yang obesitas dibandingkan anak dengan berat badan normal.

  1. Faktor risiko sakit jantung

Di dalam penelitian Bogalusa Heart Study di Amerika, diketahui bahwa 70 persen anak-anak berusia 5-17 tahun yang mengalami obesitas, ditemukan minimal satu faktor risiko penyakit jantung. Contohnya tingkat kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, hingga kelainan toleransi glukosa. Penelitian lain juga membuktikan bahwa anak obesitas bukan hanya memiliki risiko penyakit jantung yang lebih tinggi saat ia dewasa, tapi juga terjadinya kerusakan jantung selama periode anak-anak.

  1. Masalah kesehatan mental.

Rendahnya tingkat aktivitas fisik, perasaan rendah diri, ketidak puasan terhadap tubuhnya, sampai gangguan perilaku makan adalah beberapa faktor yang berkaitan dengan kesehatan mental anak gemuk. Di dalam penelitian yang dilakukan Millenium Cohort Study, obesitas pada anak diketahui berkaitan dengan masalah perilaku dan emosional anak sejak usia yang masih sangat muda.

  1. Gangguan pada tulang dan otot.

Karena berat badan yang berlebih, sistem tulang dan otot jadi menerima tekanan yang lebih besar. Akibatnya, banyak anak gemuk yang menderita keluhan pada tulang maupun ototnya. Penelitian di Belanda yang melibatkan anak-anak berusia 2-17 tahun juga menunjukkan bahwa anak-anak atau obesitas lebih sering mengalami masalah pada tulang dan otot, terutama bagian bawah tubuhnya, dibandingkan anak-anak sebaya dengan berat badan normal.

Bagaimana Mengetahui Kalau Anak Gemuk?

Smart Mom, rupanya anak kurus atau gemuk tidak hanya harus dilihat dari bentuk badan, lho! Sebab, bisa jadi seorang anak terlihat gemuk atau kurus, tapi sebenarnya memiliki berat badan yang normal. Kalau begitu, bagaimana Smart Mom bisa mengetahui apakah si kecil termasuk kurus, gemuk, atau punya berat badan normal?

Untuk mendapatkan jawabannya, Smart Mom bisa mengacu pada grafik pertumbuhan yang tercetak pada Kartu Menuju Sehat (KMS) jika anak masih balita. Kalau berat badannya mengikuti garis hijau, artinya si kecil punya berat badan normal. Kalau ada di atas garis hijau, artinya berat badannya berlebih. Dan kalau ada di bawah garis hijau, artinya berat badan si kecil kurang.

Karena itu, penting untuk selalu mengontrol berat badan si kecil secara teratur, Smart Mom. Lakukan setiap bulan di Posyandu, bidan, Puskesmas, atau dokter. Dengan begitu, selain memantau berat badan si kecil, Smart Mom juga bisa mengetahui status gizi dan seberapa jauh pertumbuhan serta perkembangan buah hati.


Kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda pada situs web kami, mempersonalisasi konten dan iklan, serta untuk menganalisis lalu lintas kami. Kami juga membagikan informasi tentang penggunaan Anda atas situs web kami dengan mitra periklanan dan analitik kami, yang dapat menggabungkannya dengan informasi lain yang telah Anda berikan kepada mereka atau yang telah mereka kumpulkan dari penggunaan Anda atas layanan mereka. Anda dapat menonaktifkan ini dengan mengubah pengaturan browser Anda, tetapi ini dapat memengaruhi fungsi situs web.

Dengan menggunakan situs web kami dan mengklik Accept, Anda menyetujui penggunaan cookies dan informasi pribadi sebagaimana diatur dalam Kebijakan Cookie kami.

Tolak Cookies Terima Cookies