Bagikan

Menjaga Kualitas Pakaian Tari Dari Smart Mom Zulfa

Diupload pada 14 September 2017, 04:34 AM Smart Life
Menjaga Kualitas Pakaian Tari Dari Smart Mom Zulfa

Saya selalu merindukan rasa deg-degan sebelum tampil, riuh penonton saat beraksi, dan rasa lega setelahnya. Saya adalah seorang penari Ratoeh Jaroe. Banyak orang Indonesia tidak tahu tarian ini tapi pernah melihatnya. Ironis bukan?

Namun sebelum kita bercerita lebih jauh lagi, perlu kita meluruskan satu hal krusial. Selama ini kita mengira bahwa tari yang berasal dari provinsi Aceh dan ditarikan oleh para wanita dengan duduk bersimpuh sambil bernyanyi disebut tari saman. Padahal ini sebenarnya keliru. Tari Saman yang telah terdaftar di UNESCO sebagai warisan budaya tak benda sebenarnya memang berasal dari Aceh. Akan tetapi, yang menarikannya laki-laki. Bukan perempuan! Yang selama ini dianggap Tari Saman sebenarnya adalah Tari Ratoeh Jaroe. Beberapa abang (sebutan pelatih tari di Anjungan Aceh TMII) pernah mengadakan seminar untuk beberapa anggotanya dan meminta kami menyebarluaskan informasi ini, sehingga tidak ada lagi kekeliruan di antara kita.

Kini sudah hampir tiga tahun saya pensiun dari panggung. Ada rasa cinta saya pada dunia tari tradisional yang akhirnya melabuhkan saya pada pilihan menjadi guru tari Ratoeh Jaroe di beberapa sekolah. Saya baru menikah, namun sudah memiliki banyak anak yang hebat dan ceria yang sangat saya sayangi. Dari mengajar tari, saya mengetahui banyak hal sebagai bekal untuk mendidik anak saya yang Insya Allah akan lahir Oktober tahun ini.

Setelah melatih selama beberapa waktu, saya pun akhirnya mendapatkan sebuah pengalaman baru. Setelah saya perhatikan, anak-anak yang aktif ternyata lebih mudah menghapal gerakan dibanding yang kurang aktif. Selain itu, seorang anak yang pandai menari atau mampu melakukan gerak sesuai ritmik lagu biasanya cepat tanggap dalam memahami dan menghafal pelajaran. Dari pengalaman ini, saya menyarankan agar para bunda tidak selalu memandang negatif kepada anak yang aktif. Cukup kesabaran dan solusi yang tepat untuk menyalurkan energi si buah hati kepada hal-hal yang positif.

Tahun lalu, salah satu sekolah saya mendapat tawaran mengisi acara di hari libur lebaran, di acara penampungan dana sosial. Mereka merespon baik tawaran tersebut, sampai akhirnya kami tampil di salah satu hotel di Jakarta. Kostum tari saman sangat unik. Setidaknya dua belas peniti harus dipasangkan di kostum satu anak. Topi, baju, songket, dan celana harus terpasang kuat agar tidak copot saat pentas. Maklum, gerakan tari ini butuh kecepatan dan tenaga yang tidak sedikit.

Semua berjalan lancar, penonton senang, panitia puas, dan kami lega. Namun saat akan berganti kostum, Ciani  yang adalah salah satu murid saya, dengan wajah panik mengabarkan kalau kostumnya tidak ingin ia kembalikan ke sanggar, ia ingin membelinya. Saya pikir hal itu ia lakukan karena ia sangat suka dengan kostum itu. Ternyata, setelah diselidiki kostum yang ia gunakan terkena bocoran darah menstruasinya. Darah tersebut tembus terkena celana, baju, dan songket yang berserat halus.

Saya membujuk Ciani yang masih duduk di kelas 1 SMP untuk memasukan baju tersebut ke dalam plastik, agar bisa saya bawa. Keesokan harinya dengan hati-hati saya memasukan kostum tersebut ke ember. Darahnya sudah mengering dan terlihat sulit dibersihkan. Saya agak ragu untuk menguceknya dengan tangan. Sedangkan, jika saya masukan ke dalam mesin cuci saya takut serat kainnya akan rusak, terlebih untuk songketnya. Lalu saya putuskan untuk merendamnya terlebih dahulu dengan Attack Plus Softener. Niatnya setelah direndam sekali sampai bau amisnya hilang, saya akan membilasnya dan merendamnya sekali lagi sambil dikucek untuk menghilangkan noda.

Ketika saya berpikir akan bekerja keras untuk menghilangkan noda tersebut, namun ternyata hal itu tidak terjadi. Setelah saya tinggal sebentar, air rendaman sudah berubah keruh dan saat dikucek noda langsung menghilang. Akhirnya saya tidak perlu merendam dua kali, tak perlu takut kostum sanggar rusak. Bau amisnya telah hilang dan menyetrikanya pun menjadi lebih mudah. Attack telah meringankan pekerjaan dan menyenangkan hati.

Sampai saat ini kostum tari sudah disewakan lebih dari tiga puluh enam kali. Tapi serat kain dan warnanya masih bagus. Saya bisa terus menjadi guru tari dan memfasilitasi para penari cilik untuk tetap tampil menarik.

Sekian cerita saya, semoga bermanfaat dan ilmunya dapat di-share ke bunda lainnya.


Kami menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda pada situs web kami, mempersonalisasi konten dan iklan, serta untuk menganalisis lalu lintas kami. Kami juga membagikan informasi tentang penggunaan Anda atas situs web kami dengan mitra periklanan dan analitik kami, yang dapat menggabungkannya dengan informasi lain yang telah Anda berikan kepada mereka atau yang telah mereka kumpulkan dari penggunaan Anda atas layanan mereka. Anda dapat menonaktifkan ini dengan mengubah pengaturan browser Anda, tetapi ini dapat memengaruhi fungsi situs web.

Dengan menggunakan situs web kami dan mengklik Accept, Anda menyetujui penggunaan cookies dan informasi pribadi sebagaimana diatur dalam Kebijakan Cookie kami.

Tolak Cookies Terima Cookies